KENDARI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, baru-baru ini melaporkan bahwa sebanyak 402 warga terdampak banjir yang melanda wilayah Kali Wanggu, Kelurahan Lepo-Lepo. Banjir ini menjadi pemandangan yang mengkhawatirkan, mengingat dampaknya yang cukup signifikan bagi masyarakat setempat.
Banjir yang merendam rumah-rumah warga menimbulkan pertanyaan besar: apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan? Curah hujan yang tinggi menjadi faktor utama, namun ada juga elemen lain yang berkontribusi terhadap kondisi ini.
Dampak Banjir Terhadap Masyarakat
Banjir yang terjadi di Kali Wanggu merendam rumah milik 103 kepala keluarga (KK) dengan ketinggian air mencapai hingga 180 sentimeter. Sungguh menyedihkan ketika melihat rumah-rumah yang biasa dihuni, kini justru tenggelam. Data yang disampaikan oleh Kepala BPBD Kota Kendari, Cornelius Padang, menunjukkan bahwa 402 jiwa terpaksa mengungsi menghadapi situasi yang tidak mengenakkan ini.
Sebagian besar korban berasal dari empat RT di Kelurahan Lepo-Lepo, yakni RT 14, 12, 10, dan 01. Kondisi ini menunjukkan bahwa bencana ini tidak hanya berdampak pada fisik bangunan, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Mereka yang terdampak harus berjuang untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Diperlukan upaya bersama baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mendukung mereka dalam situasi sulit ini.
Strategi Penanganan Banjir dan Dukungan untuk Korban
Dalam menghadapi bencana semacam ini, BPBD mendirikan tiga posko pengungsian untuk membantu masyarakat yang terdampak. Tenda-tenda yang didirikan merupakan bantuan dari Kementerian Sosial dan pemerintah daerah, menunjukkan sinergi antara berbagai pihak dalam penanganan bencana. Namun, tenda saja tidak cukup; akses terhadap makanan dan kebutuhan lain juga harus dipastikan terpenuhi.
Cornelius Padang menambahkan, “Kami akan berusaha semaksimal mungkin agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.” Sebuah komitmen yang patut diapresiasi, mengingat ada ribuan jiwa yang harus diperhatikan. Adanya pasokan makanan siap saji di posko pengungsian juga menjadi langkah konkret dalam memastikan para korban bisa mendapatkan makanan tanpa harus memikirkan urusan memasak di tengah keadaan darurat.
Dalam kondisi seperti ini, semoga segala bentuk bantuan dapat segera sampai ke tangan mereka yang membutuhkan. Dengan adanya kesadaran dan kerja sama dari semua pihak, diharapkan situasi ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk mitigasi bencana di masa depan. Mari bersama kita kuatkan solidaritas dalam menghadapi bencana seperti ini.