Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini menghadapi tantangan besar akibat banjir yang melanda wilayah tersebut pada Minggu malam, 6 Juli 2025. Banjir yang dianggap sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah kota ini melanda enam kecamatan, mempengaruhi sekitar 6.700 Kepala Keluarga, atau sekitar 30.000 jiwa.
Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, saat melakukan pemantauan lapangan, menginformasikan bahwa insiden ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan berkepanjangan, menyebabkan sungai-sungai di wilayah tersebut meluap. Efek dari bencana ini bukan hanya kerugian materi, tetapi juga nyawa, dengan satu orang dilaporkan tewas akibat tersengat listrik.
Banjir di Mataram: Penyebab dan Dampaknya
Penyebab banjir berawal dari fenomena cuaca ekstrem yang memicu hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Sungai Ancar dan Kali Unus meluap, menggenangi perumahan dan infrastruktur penting di Mataram. Data dari dinas terkait menunjukkan bahwa ketinggian genangan air mencapai lebih dari satu meter di beberapa titik, yang cukup membahayakan bagi penduduk setempat.
Selain kerugian jiwa, dampak dari banjir ini juga merenggut aktifitas sehari-hari warga, merusak harta benda, dan menyulitkan akses ke layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Wali Kota menyampaikan bahwa daerah yang paling parah terdampak adalah Perumahan BTN Riverside, Selagalas, di mana banyak warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Langkah Tanggap Darurat dan Pencegahan Banjir Selanjutnya
Dengan adanya situasi darurat ini, pemerintah menggerakkan berbagai sumber daya untuk memberikan pertolongan. Sekitar 10 titik pengungsian telah dibuka, termasuk di masjid, sekolah, dan asrama. Penyelamatan dilakukan oleh petugas gabungan dari berbagai instansi, yang bekerja sama dengan relawan dan aparat keamanan.
Masyarakat juga diimbau untuk tetap waspada terhadap berita cuaca serta cukup berhati-hati ketika melakukan aktivitas di luar rumah. Pembersihan saluran air dan drainase menjadi tanggung jawab bersama untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang. Sikap proaktif dalam menjaga kebersihan lingkungan sangatlah penting demi mengurangi risiko banjir.
Tindak lanjut perlu dilakukan dengan pemetaan daerah rawan banjir dan perbaikan infrastruktur yang lebih baik, agar insiden serupa tidak terulang kembali. Kesadaran komunitas dalam menjaga lingkungan dan infrastruktur sangat diperlukan untuk keselamatan bersama.