Dalam menghadapi peringatan malam 1 Suro yang jatuh pada tanggal 1 Muharram, Polresta Sidoarjo mengambil langkah proaktif dengan mengukuhkan 25 pengurus yang tergabung dalam Satgas Pam Sentot Prawirodirjo. Pengukuhan ini berlangsung pada Kamis, 26 Juni 2025, di Gedung Serbaguna Polresta Sidoarjo dan menunjukkan komitmen untuk menjaga keamanan dan ketentraman dalam setiap perayaan yang ada.
Pentingnya kegiatan ini tidak bisa dianggap sepele. Kita perlu memahami bahwa peringatan 1 Suro sering kali menjadi momen yang dapat memicu ketegangan di antara sejumlah pengurus perguruan silat. Dalam acara ini, Kapolresta Sidoarjo, Kombes Pol Christian Tobing, didampingi seluruh kapolsek jajaran dan sejumlah pejabat utama Polresta, turut menghadiri dan memberikan semangat pada para pengurus yang terlibat. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana langkah konkret yang akan diambil oleh Satgas untuk menghindari potensi konflik di tengah suasana yang penuh emosi ini?
Memperkuat Keamanan Melalui Revitalisasi Satgas
Revitalisasi Satgas Pam Sentot Prawirodirjo merupakan salah satu strategi yang diterapkan untuk memperkuat keamanan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan menyatukan berbagai pengurus perguruan silat, diharapkan bisa terjalin komunikasi dan kerjasama yang lebih baik. Hal ini juga menandakan keseriusan pihak kepolisian dalam mengawasi dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ketenangan selama perayaan.
Pengurus perguruan silat yang tergabung dalam Satgas ini memiliki peran penting untuk mendekati anggota mereka di lapangan. Dengan memberikan edukasi dan pengertian mengenai potensi provokasi, diharapkan anggota tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu negatif yang dapat mengakibatkan konflik. Dalam hal ini, data-data dan pengalaman dari kejadian-kejadian sebelumnya menjadi referensi penting dalam mengambil langkah-langkah preventif.
Strategi untuk Menjaga Kedamaian di Tengah Perayaan
Kapolresta Sidoarjo menjelaskan tujuan utama pembentukan Satgas ini adalah untuk menjaga situasi kamtibmas tetap aman dan kondusif. Penyampaian pesan-pesan damai kepada berbagai perguruan silat adalah kunci dalam mencegah gesekan. Selain itu, pelibatan berbagai elemen di masyarakat dalam kegiatan positif juga bisa mengalihkan fokus dari potensi konflik.
Semakin masifnya edukasi kepada anggota, baik di tingkat bawah atau di kalangan muda, diharapkan dapat mengurangi euforia berlebihan dalam bentuk konvoi atau aksi yang tidak perlu. Justru, semangat cinta damai dan kedamaian yang perlu digelorakan agar budaya silat dapat terus lestari tanpa adanya pertikaian. Dalam penutup, keberadaan Satgas Pam Sentot Prawirodirjo diharapkan bisa menjadi contoh positif bagi daerah lain dalam merayakan tradisi dengan cara yang aman dan damai.