Paseban Agung “Sunyoruri” di Desa Papringan, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, merupakan sebuah situs budaya yang kaya akan sejarah. Didirikan pada 20 Agustus 1964, tempat ini kini menjadi pusat pertemuan spiritualis dari seluruh Indonesia.
Untuk menjadikannya sebagai lokasi berkumpul yang resmi, pada 12 Desember 2019, pihak pengelola mengajukan permohonan kepada Administratur KPH Perhutani Probolinggo dan berhasil mendapatkan penetapan sebagai Situs Budaya baru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Asal Usul dan Makna Spiritual Paseban Agung “Sunyoruri”
Sanggar Pamujan “Sunyoruri” didirikan oleh spiritualis Tjitro Sridono Sasmito, yang menerima wahyu untuk membangun sanggar pamujan di lereng Gunung Lamongan saat melakukan samadi di Alas Ketonggo Ngawi. Sejak saat itu, sitio ini hadir sebagai ruang suci bagi para penganut spiritual di seluruh Nusantara.
Masyarakat telah mengenal Paseban Agung “Sunyoruri” sebagai tempat yang diakui memiliki nilai spiritual tinggi. Ir. Hargo Yuwono, putra Mbah Tjitro, menceritakan bagaimana ayahnya merintis pembangunan situs ini. Awalnya, sanggar pamujan hanya berukuran 3 x 4 meter, tetapi seiring berjalannya waktu, bangunan pendukung didirikan untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, terutama saat acara besar menyambut Tahun Baru Jawa. Hal ini mengindikasikan pentingnya situs ini bagi masyarakat sekitar dan juga bagi pengunjung dari luar daerah.
Perjuangan untuk Mempertahankan Legasi dan Kelestarian Lingkungan
Setelah kepergian Mbah Tjitro pada usia 114 tahun, terdapat kecemasan akan kelangsungan Paseban Agung “Sunyoruri”. Namun, dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kepala Desa Papringan dan Muspika Klakah, membantu mengamankan status tempat ini. Sebuah dokumen yang menunjukkan izin pemanfaatan sebagian hutan lindung Gunung Lamongan, yang seluas 5,6 hektar, menjadi jaminan bagi keberlangsungan tempat ini. Hargo Yuwono mengungkapkan rasa terima kasih kepada berbagai pihak, termasuk Pemkab Lumajang dan kelompok pecinta lingkungan, yang ikut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya.
Paseban Agung “Sunyoruri” kini dikelola oleh Sri Yuni Pujiasih, putri sulung Mbah Tjitro, dan suaminya, Djoko Purnomo. Meski muncul pertanyaan tentang status situs budaya ini, mereka tetap berupaya melanjutkan warisan spiritual yang telah ada selama puluhan tahun. Proses pendaftaran situs budaya kepada pemerintah daerah masih menjadi teka-teki, baik bagi mereka maupun masyarakat, tetapi hal itu tidak mengurangi keseriusan mereka dalam menjalankan aktivitas spiritual dan budaya di Paseban Agung “Sunyoruri”.
Dengan adanya berbagai upaya dan dukungan dari masyarakat lokal, diharapkan Paseban Agung “Sunyoruri” dapat terus menjadi pusat kegiatan spiritual yang tidak hanya memperkuat hubungan antar spiritualis, tetapi juga menjaga nilai-nilai kebudayaan yang merupakan warisan nenek moyang.