JAKARTA – Dalam menghadapi situasi darurat, kemampuan organisasi dalam melaksanakan misi kemanusiaan sangat penting. Salah satunya adalah respons terhadap insiden tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali yang terjadi pada Jumat, 4 Juli 2025.
Insiden kapal tenggelam dapat mengakibatkan banyak kerugian, tidak hanya dari segi materi, tetapi juga kehilangan nyawa. Fakta bahwa perairan Selat Bali adalah jalur yang ramai dilalui transportasi laut semakin menambah urgensi pelaksanaan misi pencarian dan pertolongan. Bagaimana organisasi kemanusiaan berperan dalam situasi darurat seperti ini?
Peran Tim Tanggap Darurat dalam Situasi Krisis
Tim Tanggap Darurat, seperti yang dilakukan oleh Disaster Management Center (DMC), sangat vital dalam menangani keadaan darurat. Dalam kecelakaan kapal seperti ini, mereka tidak hanya terlibat dalam pencarian langsung tetapi juga menyediakan layanan mendasar bagi masyarakat yang terdampak, seperti layanan kesehatan dan tempat pengaduan untuk keluarga korban.
Kesiapan tim DMC dalam misi pencarian mencerminkan pentingnya kerjasama antara berbagai entitas. Dengan bergabungnya DMC bersama Indonesia Divers Rescue Team (IDRT), tim gabungan SAR, serta Basarnas, tindakan yang diambil menjadi lebih terkoordinasi dan efektif. Data menunjukkan bahwa misi pencarian yang terorganisasi baik dapat meningkatkan peluang selamat bagi korban dan mempercepat proses pemulihan.
Kolaborasi dan Menyediakan Layanan Kemanusiaan
Selain melakukan pencarian, DMC juga membuka Pos Hangat di pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk sebagai bentuk layanan bagi keluarga yang mencari informasi tentang orang yang hilang. Strategi ini tidak hanya memberikan informasi yang dibutuhkan tetapi juga menciptakan rasa aman bagi keluarga yang tengah menghadapi kepanikan. Pengalaman mengelola situasi kritis seperti ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk peningkatan respons di masa depan.
Penutupan misi darurat ini harus memperhatikan faktor emosional dan psikis dari keluarga korban. Ucapan belasungkawa dan harapan akan amal kebaikan bagi yang berpulang sangat penting untuk meringankan beban keluarga. Ini mencerminkan empati dan kepedulian suatu organisasi terhadap kondisi manusiawi. Oleh karena itu, penyediaan layanan darurat harus mencakup aspek emosional sebagai bagian dari upaya pemulihan sosial.